Air Baku
Air baku adalah air yang
akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi baku mutu air
baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari:
- Sumber air bawah tanah yaitu
dari lapisan yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau
dalam
- Sumber air permukaan yaitu
sungai, danau, rawa dan mata air
- Air laut
Dalam merencanakan suatu
sistem penyediaan air minum maka perlu dilakukan peninjauan terhadap kondisi
air baku. Pemilihan sumber air baku harus mempertimbangkan semua potensi lokal
air permukaan dan tanah yang berada di atau di sekitar wilayah perencanaan.
Penentuan jenis sumber yang
dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
- Kuantitas dan kualitas sumber
air
- Iklim
- Kemudahan dalam konstruksi
intake
- Keamanan pengoperasian
- Biaya dalam pengolahan air dan
perawatan instalasi pengolahan
- Potensi pencemaran terhadap
sumber air
- Kemudahan dalam memperbesar
kapasitas intake di masa mendatang
Persyaratan
Air Baku Air Minum
Pada dasarnya, ada dua sisi yang
harus dipenuhi oleh suatu air baku sistem pengolahan air minum, yaitu:
Segi Kualitas
Air yang dipergunakan harus memenuhi
syarat-syarat kualitas fisik, kimia dan biologi yang menjamin bahwa air
tersebut akan aman dikonsumsi oleh masyarakat tanpa khawatir akan terkena penyakit
bawaan air. Dalam hal ini, air harus memenuhi baku mutu sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Segi Kuantitas
Air yang akan dipergunakan harus
tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dipergunakan selama dibutuhkan.
Untuk menjaga kehidupan akuatik di dalam sumber air maka terdapat persyaratan
pengambilan debit maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20 – 40% dari kapasitas
sumber.
Kualitas
Air Baku Air Minum
Kualitas air pada sumber air baku
sangat mempengaruhi pemilihan unit-unit yang akan digunakan dalam pengolahan,
karena itu harus diambil sampel yang representatif dan diperiksa menggunakan
metode-metode tertentu.
Untuk mengetahui apakah air sungai
yang akan diambil memenuhi syarat untuk dijadikan air baku atau tidak, maka
hasil pemeriksaan sampel dibandingkan dengan baku mutu air baku air minum
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001.
Berikut ini keterangan
mengenai parameter-parameter yang terdapat dalam air baku.
Bau dan Rasa
Bau dan rasa dalam air dapat
disebabkan oleh berbagai jenis material, seperti alga atau mikroorganisme lain,
zat organik yang membusuk, mineral seperti besi dan mangan, juga gas terlarut
seperti hidrogen sulfida atau klor.
Suhu
Suhu air adalah salah satu parameter
penting dalam pengolahan air. Sebagai contoh, bahan kimia yang digunakan dalam
pengolahan lebih mudah larut dalam air yang hangat dibandingkan dalam air
dingin. Partikel-partikel juga akan mengendap lebih cepat dalam air hangat.
Warna
Warna air alami terlihat coklat
kekuning-kuningan. Air permukaan, terutama air genangan, seringkali memiliki
warna yang menyebabkan air tersebut tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam
keperluan domestik maupun industri. Warna yang terjadi berasal dari kontak air
dengan sisa zat organik seperti daun-daunan, ranting atau kayu dalam bentuk
berbagai tahap dekomposisi. Warna bisa dibedakan menjadi warna semu dan warna
sejati. Warna semu disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi dalam air,
sedangkan warna sejati disebabkan oleh zat-zat organik yang larut dalam air.
Zat Padat
Dalam air alam terdapat 2 kelompok
zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organis, dan zat padat
tersupensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok antara
kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikel
tersebut. Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan
komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan
proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air
buangan. Zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam
suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu
tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi.
Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya
partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm.
Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut antara lain adalah kwarts, tanah
liat, sisa tanaman, ganggang, dan sebagainya.
DHL
Daya hantar listrik penting untuk
memprediksi kandungan mineral dalam air. Semakin tinggi kadar mineralnya
semakin tinggi daya hantar listriknya.
pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa
dalam suatu larutan, melalui konsentrasi (aktivitas) ion hidrogen (H+). pH
dinyatakan dalam angka 0-14. pH 7 menunjukkan air yang netral, pH di bawah 7
menunjukkan bahwa air bersifat asam dan pH di atas 7 menujukkan bahwa air
bersifat basa. Kisaran pH yang normal untuk air permukaan adalah 6,5 sampai
8,5. Jika pH air lebih kecil dari 7, air cenderung menyebabkan korosi pada
peralatan dan material lain yang kontak dengan air. Jika pH air lebih besar
dari 7, air memiliki kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa.
DO
Adanya DO (oksigen terlarut) di
dalam air sangat penting untuk menunjang kehidupan ikan dan organisme air
lainnya. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah (self
purification) banyak tergantung kepada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut.
Oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa
tumbuh-tumbuhan air. Terlarutnya oksigen di dalam air tergantung kepada
temperatur, tekanan barometrik udara dan kadar mineral di dalam air.
Nitrat
Nitrat merupakan bentuk nitrogen
yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi +5. Nitrat adalah senyawa nitrogen
yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein
tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi
dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas (bila beberapa syarat
lain seperti konsentrasi fosfat terpenuhi), sehingga air kekurangan oksigen
yang menyebabkan kematian biota air. Nitrat dapat berasal dari buangan industri
bahan peledak, piroteknik, pupuk cat, dan sebagainya. Kadar nitrat secara
alamiah biasanya rendah, namun dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di
daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak
boleh melebihi 10 mg/l. Di dalam usus manusia, nitrat dapat direduksi menjadi
nitrit yang menyebabkan metamoglobinemi, terutama pada bayi (baby blue
disease).
Nitrit
Nitrit merupakan bentuk nitrogen
yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi +3. Nitrit biasanya tidak bertahan
lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat,
yang dapat terjadi pada instalasi pengolahan air buangan, dalam air sungai dan
sistem drainase. Nitrit yang ditemui pada air minum dapat berasal dari bahan
inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem
distribusi PAM. Nitrit dapat membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi
dengan hemoglobin dalam darah, hingga darah tersebut tidak dapat mengangkut
oksigen lagi. Di samping itu, NO2 juga menimbulkan nitrosamin pada air buangan
tertentu yang dapat menyebabkan kanker.
Besi
Besi adalah salah satu elemen
kimiawi yang dapat ditemui pada hampir semua tempat di bumi, pada semua lapisan
geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat
bersifat :
- Terlarut sebagai Fe2+ (fero)
atau Fe3+ (feri)
- Tersuspensi sebagai butiran
koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, FeOOH,
Fe(OH)3 dan sebagainya.
- Tergabung dengan zat organis
atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat)
Pada air permukaan jarang ditemukan
kadar Fe yang melebihi 1 mg/l, tetapi dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih
tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini selain dapat membuat air berasa juga
dapat menodai kain dan perkakas dapur.
Pada air yang tidak mengandung
oksigen, seperti misalnya air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang dapat
terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan memungkinkan terjadinya
aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6 sampai 8,
bahkan dapat menjadi Fe(OH)3 yang merupakan zat padat dan bisa
mengendap. Jadi dalam air sungai, besi ada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut dan Fe3+
dalam bentuk senyawa organis berupa koloidal.
Kesadahan
Kesadahan dalam air terutama
disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation
yang bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air
tanah di daerah yang bersifat kapur, dimana terkandung Ca2+ dan Mg2+ dalam
dosis yang tinggi.
Sulfat
Kandungan sulfat yang tinggi dalam
air mungkin disebabkan oleh larutnya magnesium sulfat atau sodium sulfat dalam
air. Kandungan sulfat yang tinggi dalam air tidak diinginkan karena dapat
menimbulkan efek “pencuci perut“.
Natrium
Natrium yang ada dalam air jauh
lebih sedikit daripada natrium yang ada dalam garam dan makanan. Karena itu
untuk orang yang sehat, kandungan natrium dalam air tidak memberikan pengaruh.
Tetapi untuk orang yang menjalani diet karena penyakit tertentu, keberadaan
natrium bisa menjadi masalah.
Analisa
Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air Minum
Air minum yang sesuai bagi
kesehatan manusia adalah air minum yang sesuai dengan baku mutu air minum yang
telah ditetapkan. Di Indonesia, baku mutu air minum mengacu kepada Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
Beberapa parameter yang harus
disisihkan, yaitu:
- Kekeruhan. Kekeruhan dapat
disisihkan dengan penambahan koagulan pada proses koagulasi, dilanjutkan
dengan flokulasi dan sedimentasi lalu filtrasi.
- Besi & Mangan. Besi &
Mangan dapat disisihkan dengan proses aerasi, koagulasi, flokulasi,
sedimentasi dan filtrasi.
- Warna. Warna dapat disisihkan
dengan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
- Nitrit. Nitrit dapat disisihkan
dengan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.
- Zat Organik. Zat organik dapat
disisihkan dengan proses koagulasi dan sedimentasi yang diikuti oleh
proses filtrasi saringan pasir cepat dan proses desinfeksi.
- CO2 Agresif. Pada umumnya dalam
air permukaan selalu terdapat karbondioksida terlarut. CO2 dalam air
terdiri dari CO2 bebas dan CO2 terikat dalam bentuk bikarbonat (HCO3-).
CO2 bebas terbagi menjadi CO2 yang berada dalam kesetimbangan dan CO2
agresif. Selama CO2 berada dalam kesetimbangan, kehadirannya tidak terlalu
menimbulkan masalah. Tetapi jika CO2 dalam air melewati titik
kesetimbangan, maka CO2 berlebih tersebut akan menjadi agresif. CO2
agresif dapat menimbulkan korosi terhadap peralatan logam, peralatan
plumbing dan merusak bangunan beton dan lapisan semen pada pipa. CO2
agresif juga merupakan indikator adanya kegiatan biologis dalam air. CO2
dapat diturunkan dengan aerasi atau pembubuhan kapur. Keagresifan air
terhadap karbonat dapat dilihat melalui indeks langelier (LI), yaitu : LI
< 0, air bersifat agresif; LI = 0, air berada dalam keadaan setimbang;
LI > 0, terjadi presipitasi.
Beberapa parameter
yang layak untuk diperhitungkan sebagai parameter kunci adalah kandungan
besi, mangan, zat organik, kekeruhan, warna, pH, dan kualitas mikrobiologis.
Parameter diatas dianggap sebagai representasi dari kandungan zat dan parameter
lain yang keberadaanya dalam air baku seringkali sangat mengganggu. Hal ini
tentu tidak berarti zat yang lain diabaikan tetapi bila dianggap perlu,
parameter lain sebaiknya diperiksa.
Beberapa cara
analisis laboratorium yang digunakan untuk mengetahui kualitas air meliputi:
- Uji Kesadahan
(sebagai ppm CaCO3)
Siapkan
50 mL contoh air dan masukkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 1 mL asam
klorida pekat, setetes demi setetes melalui tepi labu takar, kemudian tepatkan
dengan contoh air. Pipet 10 mL contoh air dari labu takar ke dalam erlenmeyer,
tambahkan 50 mg asam askorbat, kemudian tambah 10 ml NH3 6M, aduk dan tambahkan
4 tetes indikator calmagite, titrasi dengan larutan EDTA sehingga warna berubah
dari merah menjadi biru.
- Uji Kadar Besi
Langkah
pertama, siapkan larutan standar besi 100 ppm, pipet sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5
mL larutan standar 100 ppm tersebut dan masukkan masing-masing kedalam labu
takar 100 mL, tambahkan 5 mL larutan ortho-phenantrolin 0.25%, tepatkan
masing-masing labu takar hingga volume 100 mL dengan air deion sehingga
terbentuk larutan standar dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm. Ukur nilai
absorbans dari masing-masing larutan standar dengan menggunakan
spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm. Langkah kedua, siapkan
50 mL contoh air yang akan diuji, masukan kedalam labu takar 100 mL, tambahkan
5 mL ortho-phenantrolin dan tepatkan labu takar tersebut dengan contoh air yang
akan diuji. Ukur nilai absorbans sampel air pada panjang gelombang 510 nm.
Untuk mengetahui kadar besi(Fe) dalam contoh air, dapat digunakan persamaan
standar
- Uji Padatan Terlarut
Sampel
air disiapkan dalam wadah, kemudian alat TDS meter dimasukan ke dalam sampel
air. Perhatikan dan catat nilai yang tertera pada TDS meter.
- Uji nilai pH
Sampel
air disiapkan secukupnya, kertas pH dicelupkan ke dalam sampel air. Amati warna
yang terbentuk pada kertas pH dan bandingkan dengan warna pada warna standar
indikator universal.
Sebagai acuan,
terdapat standar air minum SNI No 01-3553-1996, berarti untuk air minum
kontaminan yang diperbolehkan seperti tertera pada Tabel 1. Sementara itu,
persyaratan bakteriologis, bahan kimia anorganik, kimia pestisida, kimia
desinfektan dan sampingannya, kimia anorganik yang dapat menimbulkan keluhan
pada manusia, kimia organik yang dapat menimbulkan keluhan pada manusia,
radioaktivitas, dan persyaratan fisik sesuai dengan Kepmenkes No. 907/2002.
Tabel 1 Standar Air Minum SNI No.
01-3553-1996
Parameter
|
Unit
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Organoleptik
|
||
Bau (Odor)
|
–
|
Tidak berbau
|
Rasa (Taste)
|
–
|
Tidak berasa
|
Warna (Colour)
|
Pt Co scala
|
5
|
Fisika
|
||
Kekeruhan (Turbiditas)
|
NTU
|
5
|
Padatan terlarut (Dissolved solid)
|
mg/L
|
500
|
Kimia
|
||
pH (Derajat Keasaman)
|
–
|
6.5-8.5
|
Kesadahan sebagai CaCO3
|
mg/L
|
150
|
Bahan Organik KMnO4
|
mg/L
|
1.0
|
Nitrat (NO3-)
|
mg/L
|
45
|
Nitrit (NO22-)
|
mg/L
|
0.005
|
Amonia (NH4)
|
mg/L
|
0.15
|
Sulfat (SO42-)
|
mg/L
|
200
|
Klorida (Cl)
|
mg/L
|
250
|
Fluorida (F)
|
mg/L
|
1.0
|
Sianida (CN)
|
mg/L
|
0.05
|
Besi (Fe)
|
mg/L
|
0.3
|
Mangan (Mn)
|
mg/L
|
0.05
|
Klorin bebas (Cl2)
|
mg/L
|
0.1
|
Kontaminasi logam berat
|
||
Timah (Pb)
|
mg/L
|
0.005
|
Tembaga (Cu)
|
mg/L
|
0.5
|
Kadmium (Cd)
|
mg/L
|
0.001
|
Merkuri (Hg)
|
mg/L
|
0.05
|
Arsenik (As)
|
–
|
–
|
Mikrobiologi
|
||
Total plate count (TPC) factory
|
per ml
|
1 x 102
|
Total plate count (TPC) market
|
per ml
|
1 x 105
|
Bakteri coliform
|
per 100 ml
|
0
|
Bakteri salmonella sp.
|
per 100 ml
|
Negatif
|
Bakteri clostridium perfringens
|
per ml
|
Negatif
|
Tabel 2 Persyaratan Bakteriologis
Kepmenkes No. 907/2002
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Air Minum
|
||
E. Coli atau fecal coli
|
Jumlah/100ml sampel
|
0
|
Air yang masuk sistem distribusi
|
||
E. Coli atau fecal coli
|
Jumlah/100ml sampel
|
0
|
Total bakteri coliform
|
Jumlah/100ml sampel
|
0
|
Air pada sistem distribusi
|
||
E. Coli atau fecal coli
|
Jumlah/100ml sampel
|
0
|
Total bakteri coliform
|
Jumlah/100ml sampel
|
0
|
Tabel 3 Persyaratan Kimia Bahan
Anorganik Kepmenkes No. 907/2002
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Alkana terklorinasi
|
||
Karbon tetraklorida
|
μg/L
|
2
|
Diklorometana
|
μg/L
|
20
|
1,2-dikloroetana
|
μg/L
|
30
|
1,1,1-trikloroetana
|
μg/L
|
2000
|
Etana terklorinasi
|
||
Vinil klorida
|
μg/L
|
5
|
1,1-dikloroetana
|
μg/L
|
30
|
1,2-dikloroetana
|
μg/L
|
50
|
Trikloroetana
|
μg/L
|
70
|
Tetrakloroetana
|
μg/L
|
40
|
Hidrokarbon aromatik
|
||
Benzena
|
μg/L
|
10
|
Toluena
|
μg/L
|
700
|
Xilena
|
μg/L
|
500
|
Benzo[a]pirena
|
μg/L
|
0.7
|
Benzena terklorinasi
|
||
Monoklorobenzena
|
μg/L
|
300
|
1,2-diklorobenzena
|
μg/L
|
1000
|
1,4-diklorobenzena
|
μg/L
|
300
|
Triklorobenzena
|
μg/L
|
20
|
Lain-lain
|
||
Di(2-etilheksil)adipat
|
μg/L
|
80
|
Di(2-etilheksil)ptalat
|
μg/L
|
8
|
Akrilamida
|
μg/L
|
0.5
|
Epiklorohidrin
|
0.4
|
|
Heksaklorobutadiena
|
μg/L
|
0.6
|
EDTA
|
μg/L
|
200
|
Tributiltin Oksida
|
μg/L
|
2
|
Tabel 4 Persyaratan Kimia Pestisida
Kepmenkes No. 907/2002
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Alaklor
|
μg/L
|
20
|
Aldicarb
|
μg/L
|
10
|
Aldrin/deeldrin
|
μg/L
|
0.03
|
Atrazina
|
μg/L
|
2
|
Bentazona
|
μg/L
|
30
|
Karbofuran
|
μg/L
|
5
|
Klordan
|
μg/L
|
0.2
|
Klorotoluran
|
μg/L
|
30
|
Tabel 5 Persyaratan Kimia
Desinfektan dan Hasil Sampingannya
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Monokloramin
|
μg/L
|
3
|
Klorin
|
μg/L
|
5
|
Bromat
|
μg/L
|
25
|
Klorit
|
μg/L
|
200
|
Klorofenol
|
–
|
–
|
2,4,6-triklorofenol
|
μg/L
|
200
|
Formaldehida
|
μg/L
|
900
|
Trihalometana
|
μg/L
|
|
Bromoform
|
μg/L
|
100
|
Dibromoklorometana
|
μg/L
|
100
|
Bromodiklorometana
|
μg/L
|
60
|
Kloroform
|
μg/L
|
200
|
Asam Asetat Terklorinasi
|
μg/L
|
|
Asam dikloroasetat
|
μg/L
|
50
|
Asam trikloroasetat
|
μg/L
|
100
|
Kloral Hidrat
|
||
Trikloroasetaldehida
|
μg/L
|
10
|
Asetonitril Terhalogenasi
|
||
Dikloroasetonitril
|
μg/L
|
90
|
Dibromoasetonitril
|
μg/L
|
100
|
Trikloroasetonitril
|
μg/L
|
1
|
Sianogen Klorida
|
μg/L
|
70
|
Tabel 6 Persyaratan Kimia Anorganik
yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Amonia
|
μg/L
|
1.5
|
Aluminium
|
μg/L
|
0.2
|
Klorida
|
μg/L
|
250
|
Tembaga
|
μg/L
|
1
|
Kesadahan
|
μg/L
|
500
|
Hidrogen Sulfida
|
μg/L
|
0.05
|
Besi
|
μg/L
|
0.3
|
Mangan
|
μg/L
|
0.1
|
pH
|
6.5-8.5
|
|
Natrium
|
μg/L
|
200
|
Sulfat
|
μg/L
|
250
|
Total zat padat terlarut
|
μg/L
|
1000
|
Seng
|
μg/L
|
3
|
Tabel 7 Bahan Kimia Organik yang
dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Organik
|
||
Toluena
|
μg/L
|
24-170
|
Xilena
|
μg/L
|
20-1800
|
Etilbenzena
|
μg/L
|
2-200
|
Stirena
|
μg/L
|
4-2600
|
Monoklorobenzena
|
μg/L
|
10-120
|
1,2-diklorobenzena
|
μg/L
|
1-10
|
1,4-diklorobenzena
|
μg/L
|
0.3-30
|
Triklorobenzena
|
μg/L
|
5-50
|
Deterjen
|
μg/L
|
50
|
Desinfektan dan Hasil Sampingannya
|
||
Klorin
|
μg/L
|
600-1000
|
2-klorofenol
|
μg/L
|
0.1-10
|
2,4-diklorofenol
|
μg/L
|
0.3-40
|
2,4,6-triklorofenol
|
μg/L
|
2-200
|
Tabel 8 Radioaktivitas yang dapat
Menimbulkan Keluhan pada Manusia
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Gross alpha activity
|
(Bq/L)
|
0.1
|
Gross beta activity
|
(Bq/L)
|
1
|
Tabel 9 Persyaratan Fisik Kepmenkes
No. 907/2002
Parameter
|
Satuan
|
Kadar
tertinggi yang diizinkan
|
Warna
|
TCU
|
15
|
Rasa dan Bau
|
–
|
Tidak berasa dan berbau
|
Temperatur
|
°C
|
Suhu udara ± 3°C
|
Kekeruhan
|
NTU
|
5
|
Comments
Post a Comment